SERANG, Cerdik enterprise - Pakaian tradisonal masyarakat adat Baduy sempat menarik perhatian saat dipakai oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2021. Jokowi saat itu memakai busana berwarna hitam. Busana yang dikenakan oleh Jokowi adalah salah satu jenis warna pakaian masyarakat Baduy, penduduk yang mendiami kawasan Pegunungan Kendeng di Kabupaten Lebak, Banten.
Pada dasarnya, masyarakat Baduy memiliki keseragaman dalam berpakaian. Namun, ada perbedaan pakaian adat yang dikenakan antara masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Luar identik dengan warna hitam dan biru, sementara Baduy Dalam memiliki ciri khas warna putih dan hitam.
Selain warna hitam, ada juga pakaian adat Suku Baduy yang berwarna putih. Pada dasarnya, masyarakat Baduy memiliki keseragaman dalam berpakaian. Namun, ada perbedaan pakaian adat yang dikenakan antara masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Luar identik dengan warna hitam dan biru, sementara Baduy Dalam memiliki ciri khas warna putih dan hitam.
Wisnu Wirandi mengatakan, dalam Makalah Budaya Pakaian Tradisional Masyarakat Adat di Kabupaten Lebak menyebut, pakaian Baduy terdiri dari tiga bagian utama yakni ikat kepala, baju dan kain sarung atau celana Komprang. Selain warna hitam yang mendominasi, Baduy Luar juga memiliki warna khas lain yakni biru tua motif batik. Warna biru ini biasanya terdapat pada ikat kepala atau sarung yang dikenakan oleh kaum perempuan. "Kain yang digunakan warga Baduy Luar biasanya berasal dari luar (daerah) Baduy seperti Rangkasbitung atau hasil tenun sendiri," kata Wisnu. Adapun pakaian atasan kaum laki-laki warga Baduy dinamakan Jamang Komprang dan memiliki kancing. Baju ini selalu dikenakan baik untuk aktivitas sehari-hari hingga acara tertentu. Warga Baduy Luar juga menggunakan ikat kepala atau Lomar. Ikat kepala ini menjadi ciri khas yang dikenakan dalam keseharian oleh kaum laki-laki Baduy Luar. Sedangkan, kaum perempuan Baduy Luar menggunakan kain serupa kebaya berwarna hitam dan menggunakan kain sarung sebagai pakaian bawahan. Kain sarung ini dipakai di bawah lutut hingga mata kaki.
Sementara pakaian adat Baduy Dalam identik dengan warna putih. Namun, kadang juga menggunakan pakaian berwarna hitam tanpa kancing. Serupa dengan Baduy Luar, pakaian kaum pria Baduy Dalam juga terdiri dari tiga bagian. Bagian itu yakni ikat kepala atau Telekung berwarna putih kecoklatan.
Kemudian Kutung atau Jamang Sangsang yang merupakan baju atasan berwarna hitam atau putih, serta pakaian bawahan berupa sarung. "Bawahan sejenis sarung disebut Aros, biasa dikenakan dengan cara dililitkan di pinggang kemudian diikat memakai tali dari kain, mirip ikat pinggang. (Aros) dengan ukuran sampai lutut," kata dia. Adapun pakaian perempuan Baduy Dalam terdiri dari kemben sejenis selendang yang digunakan untuk menutup tubuh bagian atas atau baju kaos dan Lunas atau kain untuk menutupi tubuh bagian bawah.
Aksesori pakaian adat Baduy Warga Baduy juga melengkapi dirinya dengan aksesori berupa Tas Koja atau Jarog yang terbuat dari kulit kayu Tereup dan Kasungka yang ditemukan di hutan Adat Baduy. Untuk kaum laki-laki juga melengkapi dirinya dengan golok berjenis Pamor dan Sulangkar. Golok dipakai dengan diikat di pinggang. Baik Baduy Luar maupun Dalam, mereka tidak menggunakan alas kaki. "Hal ini dilakukan karena ketentuan mutlak leluhur. Selain itu, memakai alas kaki berarti menghilangkan ciri khas orang Baduy," kata Wisnu.
0 Comments